Peluang dan Tantangan Ekonomi Kota Bogor di Tahun 2020
- Admin
- Berita
a
FEB, UNPAK — mengawali paparan dengan memaparkan data statistik Pemkot sejak tahun 2014 hingga 2018. Bima menyebutkan, tahun 2014 APBD Kota Bogor Rp. 2,06 triliun dan 2018 naik jadi Rp. 2,66 triliun.
Selanjutnya, PAD Rp. 483 miliar (2014) menjadi Rp. 877 miliar (2018), indeks GINI ratio dari 0,36 (2014) menjadi 0,41 (2018), pertumbuhan ekonomi 5,97 (2014) menjadi 6,48 persen (2018), angka pengangguran dari 9,48 persen (2014) turun 9,28 persen (2018).
Sementara, untuk angka IPM Kota Bogor setiap tahun meningkat dari 73,65 (2015), 74,50 (2016), 75,16 (2017) dan 75,66 (2018).
Selain capaian, Bima juga menyampaikan target-target yang dirancang Pemkot Bogor hingga tahun 2024. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepala Bappenas, jumlah wisatawan ke Kota Bogor lebih tinggi dibanding Kabupaten Bogor, yakni 5,3 juta atau lebih tinggi dari Kabupaten 5,1 juta. Bahkan tercatat, Kota Bogor termasuk 5 besar kabupaten/kota dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa Barat medio 2015-2018.
Selain itu pada kesempatan tersebut, dipaparkan sejumlah program unggulan Kota Bogor tahun 2020-2024 yang mengusung misi mewujudkan Kota Bogor sebagai kota sehat, kota cerdas dan kota sejahtera serta penataan sejumlah kawasan di Kota Bogor.
Kedepan ia menginginkan adanya data melalui analisis pada perencanaan. Menurutnya, secara keseluruhan apa yang dilakukan Pemkot Bogor sudah on the track, mulai dari pembentukan kampung tematik, infrastruktur dan yang lainnya.
Untuk mengantisipasi lambatnya pertumbuhan ekonomi kata Bima, Kota Bogor bisa mengantisipasi melalui penguatan potensi yang dimiliki Kota Bogor dan konsep lainnya.
“Untuk itu perlu adanya kajian-kajian. Ada satu faktor yang menjadi kunci dan tidak dimiliki daerah lain untuk berkembang, yakni maju dan berlari. Ada yang memiliki namun tidak bisa memaksimalkan. Mari kita kuatkan itu untuk menguatkan nilai dan juga PAD Kota Bogor," jelasnya.
Dalam acara tersebut, hadir 4 narasumber, yakni President Commissioner Indonesia and Vice Chairman ASEAN Standard Chartered Bank, Rino Donosepoetro, Senior Economist Standard Chartered Bank, Aldian Taloputra, Ketua ISEI Bogor sekaligus Dekan Sekolah Bisnis IPB, Prof.Noer Azam Achsani dan Dekan FEB Unpak, Hendro Sasongko.
Senior Economist Standard Chartered Bank, Aldian Taloputra menerangkan, perubahan dunia secara ekonomi yang disebabkan trade war antara Cina dengan Amerika yang mempengaruhi perdagangan dunia, dimulai sejak terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika. “Ekonomi dunia seperempatnya adalah ekonomi Amerika,” kata Aldian
Dekan Sekolah Bisnis IPB, Prof.Noer Azam Achsani menyampaikan, pada intinya semua negara di dunia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, tidak ada yang lepas satu negara pun, termasuk Indonesia. “Untungnya Indonesia tidak separah negara-negara lain dan Kota Bogor tidak separah nasional,” sebutnya
Saat disinggung mengenai pemilihan kepala daerah apakah memberikan dampak ekonomi baik atau tidak, Prof. Noer menjawab bahwa pemilu bisa memberikan dampak yang baik. Menurutnya Kota Bogor memiliki keunggulan dan berdasarkan data Kota Bogor adalah kota jasa dan industri. (Humpro:rabas/adt-SZ)